Kamis, 23 September 2021
Setelah Tujuh Belas Tahun, Disatukan dalam Cita-cita Keberagaman
Selasa, 16 Februari 2021
Songgo Bumi (Gobumi): Ekspedisi Tak Terlupakan
Beberapa pekan yang lalu, tepatnya di hari Sabtu (16/01) SCC kembali mengadakan ekspedisi dengan bersepeda menuju sebuah tempat di lereng Gunung Merapi. Tempat itu bernama SOnggo Bumi atau sering disebut Gobumi. Sebuah tempat yang sangat menantang untung dilalui bagi para goweser.
Pagi itu para goweser SCC sepakat berkumpul di rumah Ndan goweser SCC, Pak Andi, di wilayah Gedaren. Teh hangat menyambut kawan-kawan yang datang berkumpul di sana. Ada Pak Pur, Pak Muhshon, Mas Prih, lalu ditambah Pak Sumbul, Pak Yu, dan sahabat Pak Yu (tidak tahu namanya). Aku sendiri berangkat dengan bocilku bersepeda motor. Kami akhirnya bertemu dengan rombongan goweser SCC di daerah Drajidan. Saat mereka beristirahat di Pasar Drajidan untuk sarapan, aku dan bocilku menyusul lalu bergabung juga untuk menikmati teh dan cemilan. Karena dari rumah sudah sarapan, aku dan bocilku tidak pesan soto, masih kenyang. Selepas menikmati makanan, kami segera melanjutkan perjalanan. Perjalanan mulai menanjak.
Perjalanan selepas Pasar Drajidan ibarat etape pertama yang penuh tantangan. Kayuh....kayuh...kayuh...hanya itu yang ada dalam benak para goweser SCC. Tak perlu memandang jalan yang menanjak. Intinya adalah kayuh senti demi senti. Ketabahan dan kesabaran menjadi modal utama untuk melewati jalanan yang terus menanjak. Bak sebuah perjalanan hidup, makin tinggi maka tantangan makin besar.
Sabtu, 13 Februari 2021
Goweser MTB dan Grojogan Banyunibo
Baiklah, ini kisah para goweser SCC berikutnya. Pagi yang berawan dan sedikit mendung, para goweser SCC bersepakat untuk berkumpul di rumah goweser tabah, Pak Purwoko. Saat saya sampai di tikum alias titik kumpul, jam sudah menunjukkan pukul 07.04 wib. Di sana sudah ada Mas Ginanjar, Pak Khoiruddin, dan Bung Gundul (sahabat Pak Pur). Karena belum sarapan, kami berempat sepakat untuk sedikit menghangatkan badan di angkringan sebelah timur rumah Pak Pur. Kami memesan teh hangat. Dua ibu yang tak muda lagi cekatan membuatkan apa yang kami pesan. Teh dengan gula batu menjadi pengahangat perut kami agar tak sekarat. Di tengah kami menikmati teh, datang satu lagi anggota SCC bergabung, sesepuh SCC juga, Pak Riyanto namanya, atau sering kami panggil Pak Ri. Segelas teh kami pesan lagi buat Pak Ri. Saat sedang enak-enaknya menikmati teh, sebuah panggilan via whatsapp call berbunyi. Ternyata Pak Pur yang menelepon. "Ayo Pak berangkat, men ra kawanen," bunyi suara di ujung sana. Segera kami bergegas menghabiskan teh, ambil sepeda dan pancal pedal menuju tikum.
Di rumah Pak Pur sudah ada goweser SCC lainnya, ada Pak Muhshon, Pak Andi, Pak Puji, Pak Sumbul, dan tentu saja sang tuan rumah, Pak Pur. Jam menujukkan pukul 07.30 wib ketika kami mulai pancal pedal. Jalan antara Cawas-Semin menjadi tantangan pertama untuk ditaklukkan. Jalan menanjak membuat dua goweser SCC harus menuntun tunggangannya. Tak masalah, kita kan goweser tabah...hahay...
Selepas tanjakan jalan Cawas-Semin, jalanan yang kami lalui tampak lebih ringan. Tak ada lagi tanjakan yang ekstrim dan menguras tenaga. Di Pertigaan Pasar Semin, kami mengambil jalan ke kiri menuju jalan Semin-Karangsari. Jalan tak begitu mulus, beberapa ruas jalan tampak rusak. Namun di sebelah kiri jalan, tampak sungai yang sejuk dipandang. Sedangkan sebelah kanannya tampak bebatuan dan sawah yang memanjakan mata. Selepas menyusuri jalan Semin-Karangsari kami bertemu kembali dengan jalan Semin-Manyaran. Kami putuskan ambil kanan menyusuri jalan Semin-Manyaran yang begitu mulus, maklum jalan provinsi, jadi kualitasnya pun beda.
Sebelum menyusuri lebih dalam jalanan menuju Grojokan Banyunibo, kami memutuskan untuk mencari warung makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Akhirnya kami menemukan satu warung di sisi kanan jalan Semin-Manyaran, warung "Anik Aneka" namanya. Kami memesan gado-gado dan teh hangat. Tak lupa kami minta izin kepada tuan rumah si pemilik warung untuk sekadar buang air kecil. Maklum, lebih baik ditap lebih dini daripada nanti kesulitan di jalan.
Makan-makan selesai, lanjut pancal pedal lagi menuju Grojokan Banyunibo. Efek sarapan ternyata manjur juga. Tampak para goweser SCC lebih bersemangat. Namun ada satu goweser yang justru termehek-mehek pancal pedal, akibat kekenyangan, Pak Ri, sesepuh goweser MTB nan tabah.
Perjalanan mulai memasuki fase berat tatkala memasuki jalan menuju Desa kepuhsari. Beberapa goweser SCC masih berusaha mencoba kekuatan kaki untuk memancal pedal. Namun apa daya, tanjakan yang lumayan ekstrim memaksa beberapa goweser SCC menjadi goweser MTB nan tabah.
Tanjakan yang cukup ekstrim benar-benar menguji kekuatan kaki untuk terus mengayuh pedal. Pak Pur yang terkenal dengan goweser tabah tampak tetap mampu mengendarai sepedanya. Pak Puji yang biasanya juga cukup tabah menghadapi tanjakan ekstrim, kali ini harus berhenti sejenak melepas lelah. Sedangkan Pak Ri, jangan ditanya, goweser satu ini merupakan goweser MTB tertabah di komunitas kami. Selepas menaiki tanjakan yang lumayan ekstrim, kami sejenak beristirahat. tampak wajah lelah tapi bahagia menyelimuti diri para goweser SCC.
Tak lama setelah menaiki tanjakan dan menuruni turunan, sampailah kami di Gunung Kotak, sebuah tempat yang cocok sekali untuk spot berfoto ria. Pemandangannya sungguh menakjubkan. Bebatuan yang menjulang tinggi menjadi tempat kami memandang lahan pertanian nan luas di bawah sana. Hijau alam semakin menambah segarnya pandangan mata. Rasa lelah sedikit terobati. Ayooo...saatnya berfoto.
Perjalanan dilanjut. Untuk mencapai Grojokan Banyunibo, kami masih harus menempuh jalan yang naik turun selepas Gunung Kotak. Para goweser MTB dengan tabah dan penuh semangat menuntaskan perjalanan menuju tujuan. Sekitar 20 menit perjalanan kami akhirnya sampai di area persawahan dengan jalan yang menanjak dan sedikit licin. di area inilah kami harus meninggalkan sepeda kami dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri persawahan untuk sampai ke Grojokan Banyunibo. Sekitar sepuluh menit perjalanan berjalan kaki akhirnya sampailah kami pada tujuan, Grojokan Banyunibo.
Puas menikmati keindahan dan kesegaran Grojokan Banyunibo, kami pun melanjutkan perjalanan untuk kembali pulang. Perjalanan yang menyenangkan dan melelahkan. Perjalanan pulang juga penuh tantangan. Hal-hal tak terduga pun kadang terjadi. Seperti apa yang dialami Pak Sumbul ketika RD-nya tersangkut mur dan bengkok. Beruntung ada goweser terampil seperti Pak Muhshon dan Pak Khorudin. Berbekal kunci bawaan dari rumah dan pinjam bengkel pinggir jalan, akhirnya sang sepeda dapat kembali dipancal menuju rumah.
Kisah perjalanan goweser MTB tabah menuju Grojokan Banyunibo tuntas sudah. Saatnya merenggangkan otot, beristrirahat di rumah, sambil menentukan kembali sasaran gowes berikutnya.
Oya sebagai catatan goweser MTB tabah adalah goweser Munggah Tuntun Bareng tabah. Dan goweser MTB tertabah dalam ekspedisi Grojokan Banyunibo kali ini menjadi hak Pak Ri, sesepuh SCC dari Bayat. Salut hehe...
Salam Pancal Pedal!
Tetap dijepret dengan Nikon D5100
Jumat, 12 Februari 2021
SCC Menuju Gerbang Banyu Langit
Sworo angin/angin seng ngeridu ati/ngelingake sliramu seng tak tresnani/pengen nangis/ngetokke eluh neng pipi/suwe ra weruh/senajan mung ana ngimpi
......
Ademe Gunung Merapi Purba/melu krungu swaramu ngomongke apa/Ademe Gunung merapi purba/sing neng nglanggeran Wonosari Yogyakarta
Begitulah sang maestro campursari, almarhum Didi Kempot melantunkan lagu Banyu Langit. Suaranya melengking laksana bebatuan Gunung Api Purba yang menjulang. Lengkingan suara itu pula yang tampak pada semangat kelima goweser dari Stemsend Cycling Club (SCC) menuju Gerbang Banyu Langit, Gunung Api Purba.
Hari yang sedikit berawan. Maklumlah musim hujan masih melekat erat dengan bulan Oktober. Hujan masih akrab dengan bumi. Sebuah rencana dadakan diadakan oleh SCC hari itu, mengadakan tur menuju Gunung Api Purba dengan bersepeda. Kali ini tak banyak personel yang bisa ikut dalam tur ini. Hanya lima orang yang berani pancal pedal menuju GAP. Kelima orang itu ialah Pak Purwoko (sesepuh SCC), Pak Sumbul Kusno, Pak Andi (koordinator SCC yang terkenal dengan semboyan "selamat pagi!"), Pak Muhshon Khoiri dengan kebo irengnya, dan Pak Khoirudin. Bisa dikatakan, kelima anggota SCC ini merupakan pentolan dari SCC. Dedikasi dan semangat mereka jangan ditanya lagi. Kalau ada tempat yang menarik hati, tak perlu waktu lama mereka untuk pancal pedal menuju ke sana.
Setelah sekitar tiga jam mengayuh pedal, diselingi dengan istirahat sejenak di sebuah pos ronda, akhirnya sampai juga kami di pos masuk Gunung Api Purba. Tampak rona kepuasan pada wajah-wajah kelima goweser. Lelah, letih terbayar saat kaki menapak tempat tujuan. Sesi berfoto ria pun tak ketinggalan. Mulailah para goweser berpose. Cepreeettt.....
Salam Pancal Pedal!
Kamis, 11 Februari 2021
Asesmen Kompetensi Minimum
Berbagai pembaharuan perlu dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan, terutama dalam menghadapi tantangan global yang penuh dengan berbagai perubahan yang sangat cepat. Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menyusun berbagai kebijakan di bidang pendidikan dalam upaya meyesuaikan diri dengan perubahan kondisi dan tuntutan yang berkembang di dunia pendidikan. Salah satumya adalah peningkatan sistem evaluasi pendidikan dengan tujuan utamanya adalah mendorong perbaikan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta didik, melalui asesmen nasional pada tahun 2021.
Asesmen
Nasional tidak hanya dirancang sebagai pengganti Ujian Nasional dan Ujian
Sekolah Berstandar Nasional, tetapi juga sebagai penanda perubahan paradigma
tentang evaluasi pendidikan. Nadiem Anwar Makarim mengatakan perubahan mendasar
pada Asesmen Nasional adalah tidak lagi mengevaluasi capaian peserta didik
secara individiu, akan tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan
berupa input, proses, dan hasil. Asesmen Nasional pada tahun 2021 dilakukan
sebagai pemetaan dasar (baseline) dari kualitas pendidikan yang nyata di
lapangan, sehingga tidak ada konsekuensi bagi sekolah dan murid.
Potret
layanan dan kinerja setiap sekolah dari hasil Asesmen Nasional ini kemudian
menjadi cermin untuk melakukan refleksi dalam mempercepat perbaikan mutu
pendidikan Indonesia.
Asesmen
Nasional 2021 adalah pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah,
dan program kesetaraan jenjang sekolah dasar dan menengah, Asesmen Nasional
terdiri dari tiga bagian, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei
Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
Bagian
pertama dari Asesmen Nasional adalah AKM yang dirancang untuk mengukur capaian peserta
didik dari hasil belajar kognitif yaitu literasi dan numerasi, yang merupakan
syarat bagi peserta didik untuk berkontribusi di dalam masyarakat, terlepas
dari bidang kerja dan karier yang ingin mereka tekuni di masa depan.
Bagian
kedua dari AsesmenNasional adalah Survei Karakter (SK) yang dirancang untuk
mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar sosial-emosional berupa pilar
karakter untuk mencetak Profil Pelajar Pancasila. “Beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME serta berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong
royong, bernalar kritis, dan kreatif,” tutur Mendikbud.
Bagian
ketiga dari Asesmen Nasional adalah Survei Lingkungan Belajar (SLB) untuk
mengevaluasi dan memetakan asppek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan
sekolah.
Ada
beberapa perbedaan Ujian Nasional dengan Asesmen Kompetensi Minimun dan Survei
Karakter.
Jika
Ujian Nasional diselenggarakan pada akhir jenjang sekolah, Asesmen Kompetensi
Minimum dan Survei Karakter akan diselenggarakan pada pertengahan
jenjang sekolah, dengan harapan memberikan kesempatan pada guru untuk melakukan
perbaikan. Ini sifatnya formatif berguna bagi sekolah dan juga siswa.
Asesmen
kompetensi itu punya beberapa manfaat, yaitu memperkaya penilaian formatif di
sekolah, menjadi alat bagi guru untuk mendiagnosis kemampuan siswanya pada
topik-topik yang substansial, dan menjadi inspirasi kepada guru untuk
memperkaya konteks dan level kognitif dalam penilaian tingkat kelas.