Minggu, 26 November 2023

Teks Editorial

 

                                                                        foto: medianasional.com

Pengertian Teks Editorial

Teks editorial adalah teks yang berisi pendapat pribadi dari redaksi terhadap suatu isu/masalah aktual. Isu bisa meliputi masalah politik, masalah sosial, juga masalah ekonomi. Perlu kamu ingat ya, bahwa teks editorial itu berbeda dengan opini karena di dalam teks editorial berisi pendapat pribadi redaksi, bukan pendapat si penulis teks tersebut ya.

Fungsi teks editorial adalah untuk memengaruhi dan meyakinkan pembaca. Oleh karena itu, teks editorial bermanfaat untuk merangsang pemikiran pembaca terkait suatu isu atau masalah yang terjadi di kehidupan. Bahkan, terkadang teks editorial mampu untuk menggerakkan pembaca untuk bertindak.

Ciri-Ciri Teks Editorial

Teks editorial memiliki beberapa ciri-ciri, antara lain:

1. Aktual dan faktual

Teks harus mengangkat informasi yang tengah hangat diperbincangkan di masyarakat. Jangan lupa juga, informasinya tetap harus mengedepankan fakta yang terjadi ya. 

2. Sistematis dan logis

Penyusunan teks editorial harus tersistematis yang berarti harus memenuhi struktur dan kaidah kebahasaannya ya teman-teman. Teks juga harus logis, artinya masuk akal dan tidak imajinatif.

3. Argumentatif

Seperti yang sudah dijelaskan di awal artikel ini, bahwa teks ini berisi pendapat pribadi dari redaksi. Artinya teks ini mengutarakan argumen-argumen yang ada dalam sudut pandang redaksi.

Struktur Teks Editorial

Struktur teks editorial terdiri dari 3 bagian, yaitu pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan penegasan ulang. Berikut uraian lengkapnya:

1. Pernyataan pendapat (tesis)

Berisi sudut pandang penulis terhadap permasalahan yang diangkat. Berupa pernyataan atau teori yang akan diperkuat oleh argumen.

2. Argumentasi

Bentuk alasan atau bukti yang digunakan untuk memperkuat pernyataan tesis. Bisa berupa pernyataan umum, data hasil penelitan, pernyataan para ahli atau fakta-fakta yang dapat dipercaya.

3. Penegasan Ulang Pendapat (Reiteration)

Berisi penguatan kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam bagian argumentasi.

Kaidah Kebahasaan Teks Editorial

Selanjutnya, kaidah kebahasaan teks editorial terdiri dari adverbia, konjungsi, dan verba. Nah, verba pada teks editorial dibagi lagi menjadi verba material, verba relasional, dan verba mental.

1. Adverbia

Merupakan kata keterangan yang ada dalam teks editorial. Biasanya yang sering muncul dalam teks editorial adalah adverbia frekuentatif. Adverbia frekuentatif yang menggambarkan makna berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Contohnya seperti kata-kata selalu, biasanya, sering, kadang-kadang, jarang, sebagian besar waktu.

2. Konjungsi

Merupakan kata penghubung. Biasanya banyak ditemukan konjungsi antarkalimat, seperti bahkan, malahan, dan sesungguhnya.

3. Verba material

Merupakan kata kerja yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa. Contohnya membaca, menulis, dan memukul.

4. Verba relasional

Merupakan kata kerja yang menunjukkan hubungan intensitas (pengertian A adalah B), dan milik (mengandung pengertian A mempunyai B).

5. Verba mental

Merupakan kata kerja yang menerapkan persepsi (melihat, merasa), afeksi (suka, khawatir) dan kognisi (berpikir, mengerti).

Cara Membuat Teks Editorial

Nah, setelah tahu struktur dan kaidah kebahasaan, sekarang kalian juga harus belajar cara membuat teks editorial. Langkah-langkahnya, yaitu:

1. Memilih topik terkini dan terhangat yang menarik pembaca

Topik yang menarik akan diminati para pembaca karena pembaca selalu ingin topik yang terbaru.

2. Mengumpulkan data untuk mendukung pendapat

Data berupa fakta-fakta yang berhubungan dengan topik akan sangat mendukung pendapat yang sudah dibuat.

3. Menyesuaikan topik dengan pembaca

Penulis teks editorial harus memperhatikan bahasa, fakta-fakta dan pendapat yang dikemukakan apakah sudah tepat atau belum bagi pembaca.

4. Menyunting teks editorial

Periksa kembali teks yang sudah dibuat agar kaidah kebahasaan, tanda baca, dan kalimatnya sudah padu dan siap untuk dibaca para pembaca.

 

Novel Sejarah

 



Pengertian Novel Sejarah

Novel sejarah adalah karya sastra yang menceritakan mengenai fakta-fakta tentang berbagai kejadian yang terjadi di masa lalu. Di dalam novel tersebut, berisi berbagai peristiwa yang memiliki nilai sejarah. Akan tetapi meski mengulas fakta sejarah masa lalu, novel sejarah juga berisi tentang berbagai hal yang berasal dari imajinasi penulis.

Oleh sebab itu, biasanya novel sejarah ini juga disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengedukasi sekaligus menghibur pembaca. Hal ini karena novel sejarah termasuk di dalam kategori novel ulang atau rekon.

Novel sejarah termasuk di dalam novel rekon imajinasi yang mana seperti yang sudah dijelaskan di atas yakni berdasarkan fakta yang dikemas dengan sudut pandang lain penulis semenarik mungkin sehingga memiliki nilai sejarah yang menyenangkan dan tidak membuat pembaca bosan.

Tak hanya itu, novel sejarah ini juga harus dikemas menggunakan kaidah kebahasaan yang sesuai dan sengaja disusun sedemikian rupa agar selain dapat mengedukasi tetapi juga mampu menghibur para pembacanya, sehingga biasanya bahasa yang digunakan di dalamnya berbeda dengan teks sejarah yang ada pada materi pelajaran.

Untuk membedakan novel sejarah dengan teks sejarah, bahwa pengertian teks sejarah adalah teks yang menjelaskan mengenai berbagai fakta yang terjadi di masa lalu sehingga menjadi latar belakang terjadinya peristiwa bersejarah yang dialami oleh orang-orang zaman dahulu secara nyata.

Penulisan teks sejarah juga biasanya memiliki aturan yang ketat, baik dalam pengungkapan sejarah maupun data fakta karena harus sesuai dengan data atau berbagai fakta yang pernah benar-benar terjadi zaman dahulu.

Sementara novel sejarah, merupakan tulisan yang mengisahkan cerita dengan latar belakang peristiwa sejarah dan tidak harus bersandar hanya pada fakta-fakta sejarahnya saja. Terbukti bahwa di dalam novel sejarah, penulis selalu menyisipkan cerita atau kisah hasil imajinasi penulis tersebut.

Kisah atau cerita imajinatif yang disisipkan biasanya menggunakan prosa fiksi yang lebih luwes sehingga penokohan dan latar belakangnya ditulis menggunakan gaya novel yang populer. Oleh sebab itu, biasanya penulis novel sejarah ini bisa lebih bebas membuat konstruksi alur cerita sesuai dengan imajinasi dan gayanya.

Meski bersifat imajinatif sesuai dengan imajinasi penulis, novel sejarah juga harus memuat unsur yang berisi latar belakang kisah masa lalu tentang sejarah yang diceritakan kembali, sehingga novel tersebut tetap bisa dikatakan sebagai karya sastra atau karya tulis yang bermuatan sejarah.

Penulis lama yang biasanya mengangkat novel dengan tema sejarah ini misalnya Pramoedya Ananta Toer. Beliau menulis novel Bumi Manusia yang menceritakan sejarah manusia pada zaman itu saat Indonesia berada pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Di dalam novel Bumi Manusia tersebut, Pramoedya juga mengangkat unsur sejarah yang kental dan diungkapkan berdasarkan cerita dari berbagai dimensi kehidupan tokoh sejarah di dalam novelnya, misalnya kehidupan masyarakat pada zaman itu, peristiwa atau tragedi apa yang terjadi, dan lain sebagainya.

Selain pendapat secara umum, Heru Marwata di dalam jurnal Sejarah Novel Sejarah Indonesia: Komunikasi antara Dunia Sastra dengan Dunia Nyata (2008) mengungkapkan bahwa novel sejarah ditulis menggunakan repertoar peristiwa historis yang leluasa, sehingga dapat mengekspresikan peristiwa tersebut secara gamblang.

 

Ciri-ciri Novel Sejarah

Setelah memahami bagaimana pengertian novel sejarah, perlu diketahui juga bahwa untuk membedakan apakah suatu novel merupakan novel sejarah atau novel jenis lain, maka harus ada karakteristik atau ciri-ciri pembedanya. Novel yang menceritakan sejarah ini tentu juga memiliki ciri-ciri pembeda dari novel lainnya.

Berikut adalah karakteristik atau ciri-ciri yang membedakan novel yang menceritakan sejarah dengan novel jenis lainnya:

– novel ini disajikan dengan urutan yang kronologis, sistematis, sesuai dengan peristiwa dan kejadian yang berlangsung di masa lampau

– novel ini memiliki struktur teks yang membangun novel yaitu struktur teks orientasi, urutan peristiwa, dan reorientasi

– novel ini berisi naskah yang menceritakan ulang kejadian masa lalu atau kejadian masa lampau

– novel ini menggunakan konjungsi temporal

– berisi tentang fakta-fakta yang benar-benar terjadi di masa lalu

Struktur Novel Sejarah

Sama halnya seperti novel lain, novel dengan latar belakang sejarah ini juga memiliki struktur yang membangun. Struktur novel sejarah yaitu: (1) orientasi, (2) pengungkapan peristiwa, (3) konflik, (4) puncak konflik, (5) resolusi, dan (6) koda. Di bawah ini akan dijelaskan secara lengkap mengenai struktur-struktur tersebut.

1. Orientasi

Struktur orientasi merupakan bagian paling awal pada berbagai karya sastra, salah satunya novel sejarah. Bagian orientasi ini menceritakan pengenalan awal suatu novel baik berdasarkan latar tempatnya, waktu, sudut pandang, hingga mengenalkan para tokohnya.

Selain itu, bagian orientasi ini juga biasanya mulai memunculkan bagaimana hubungan para tokoh dan bagaimana awal mula kejadian atau peristiwa yang akan diceritakan di dalam novel tersebut.

2. Pengungkapan Peristiwa

Bagian kedua adalah pengungkapan peristiwa. Setelah orientasi, maka pengungkapan peristiwa menjadi peristiwa transisi antara peristiwa awal dan peristiwa inti cerita di dalam novel sejarah. Biasanya, pengungkapan peristiwa ini menceritakan bagaimana kejadian awal atau kemunculan suatu kejadian yang memicu terjadinya konflik.

Biasanya, dalam bagian pengungkapan peristiwa ini diceritakan tentang penokohan, bagaimana kejadian yang menyebabkan terjadinya konflik cerita, bagaimana kesulitan yang dihadapi atau dialami oleh tokoh utama, hingga bagaimana latar belakang terjadinya masalah atau konflik.

3. Konflik

Setelah bagian pengungkapan peristiwa, masuk pada bagian konflik yang mana merupakan titik puncak peristiwa di dalam novel sejarah. Konflik bisa disebut sebagai suatu permasalahan yang dialami tokoh atau dihadapi tokoh di dalam cerita tersebut.

Adanya konflik ini menjadi bagian yakni inti masalah atau inti cerita yang kemudian melatarbelakangi mengapa novel tersebut ditulis dan dibuat. Di dalam konflik juga biasanya terjadi permasalahan, dimunculkan berbagai kesulitan, kesukaran, hingga adanya pertikaian yang dialami tokoh yang berperan di dalam novel tersebut.

4. Puncak Konflik

Setelah bagian konflik terjadi, biasanya ada bagian puncak konflik. Berbeda dengan konflik, puncak konflik ini merupakan bagian puncak dari permasalahan atau inti pada novel sejarah. Puncak konflik biasanya menjadi bagian paling menegangkan di dalam sebuah cerita.

Hal ini karena puncak konflik berisi bagaimana cara tokoh mempertahankan diri. Apakah dirinya bisa berhasil menyelesaikan konflik atau permasalahan yang dihadapinya atau tidak.

5. Resolusi

Resolusi atau bagian penyelesaian merupakan bagian terakhir pada suatu permasalahan atau konflik yang terjadi di dalam cerita. Bagian resolusi ini biasanya berisi mengenai penjelasan tentang penyelesaian masalah, bagaimana pandangan tokoh terhadap penyelesaian masalah, sampai efek apa yang ditimbulkan.

Selain itu, bagian resolusi ini juga biasanya menampilkan bagaimana nasib yang dialami para tokoh yang terlibat konflik di dalam cerita tersebut.

6. Koda

Struktur koda di dalam novel berfungsi sebagai penutup pada novel yang biasanya berisi kesimpulan cerita, cerita buku selanjutnya yang akan dipublikasikan, dan adanya pertanyaan yang menggantung di dalam cerita.

Selain itu, koda juga biasanya menampilkan amanat yang bisa diambil pembaca dari peristiwa tersebut dan segala hal penutup yang menutup novel dengan baik.

Perbedaan Novel Sejarah dengan Novel Lainnya

Setelah memahami berbagai hal tentang novel sejarah di atas, Anda tentu masih ingin tahu sebenarnya apa perbedaan novel sejarah dan novel lain. Tentu saja dalam segi proses, isi, struktur, dan lain sebagainya, novel sejarah memiliki perbedaan dengan novel lain atau yang kita sebut sebagai novel umum.

Perbedaan yang paling terlihat adalah dari isi ceritanya. Pada novel sejarah, cerita yang diangkat berangkat dari kisah sejarah atau masa lalu yang pernah terjadi, berupa mitos, legenda, sejarah negara, dan lain sebagainya yang memang benar-benar ada di tengah-tengah masyarakat.

Sementara novel umum merupakan bentuk dari karya sastra yang murni merupakan hasil cerita fiksi atau hasil imajinasi dari penulis dalam bentuk tulisan yang memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik di dalamnya.

Kaidah Kebahasaan

Selain itu, novel sejarah juga memiliki kaidah kebahasaan yang membedakan novel ini dengan novel lainnya. Berikut kaidah kebahasaan dari novel sejarah:

– menggunakan kalimat yang bermakna lampau

– menggunakan kata yang menyatakan tentang urutan waktu

– menggunakan kalimat kata kerja secara tidak langsung

– menggunakan kata kerja dengan sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan

– terdapat banyak dialog

– menggunakan kata sifat

Nilai-nilai Novel Sejarah

Setelah mengetahui novel sejarah dan juga ciri-cirinya mari kita simak fokus pembahasan kita yaitu mengenai nilai nilai dalam novel sejarah berikut penjelasan lengkapnya:

Nilai Agama

Pertama nilai-nilai dalam novel yang pertama adalah nilai agama dimana nilai ini tentang kehidupan beragama manusia. Agama apapun, tidak disebutkan secara spesifik. Seperti pada kutipan di bawah ini yang mengandung nilai agama dana novelnya adalah:

“Kala itu tahun 1309, segenap rakyat berkumpul di alun alun semua berdoa apa pun warna agamanya, apakah Siwa, Budha maupun Hindu. Semua perhatian ditunjukkan dalam satu pandang ke Purwakarta yang tidak dijaga dengan ketat”

Nilai agama dalam kutipan teks diatas adalah aktifitas rakyat yang berasal dari semua kalangan bersama-sama mendoakan Kertarajasa Jawawardhana yang tengah sakit.

Nilai Budaya

Nilai budaya adalah nilai-nilai dalam novel dengan kehidupan masyarakat, peradaban atau pun kebudayaan. Berikut untuk contoh teks cerita yang memuat nilai budaya didalamnya adalah:

“Bila ia meneruskan langkahnya, semua saja jalanan yang dilaluinya, semua saja jalanan yang dilaluinya, jalanan ekonomi sekaligus militer. Ia akan selalu berpapasan dengan pribumi yang berjalan tenang tanpa gegas, sekalipun dibawah matahari terik”

Nilai budaya dalam kutipan teks tersebut adalah mengenai nilai budaya timur yang mengajarkan untuk hidup tenang, tidak tergesa-gesa dalam menjalankan kehidupan dan segala sesuatu akan selalu dihubungkan dengan kejadian alam dunia.

Nilai Estetis

Yaitu nilai yang termuat pada teks dan berkaitan dengan keindahan tejnik yang diguanakan oleh penulis dalam menyajikan ceritanya. Nilai estetis ini bersifat relatif, sehingga keindahan yang dilihat oleh satu orang dengan orang lain dapat berbeda.

Nilai Moral

Nilai nilai dalam novel selanjutnya ada juga nilai moral yaitu nilai yang termuat dalam teks cerita sejarah dan berkaitan dengan ajaran mengenai akhlak budi pekerti manusia dalam kehidupan sehari-hari.

“…juga sa Adipati Tuban Arya Tumenggung Wilwatikta tidak bebas dari ketentuan Maha Dewa. Sang Hyang Widhi merestui barang siapa yang memiliki kebenaran dalam hatinya. Jangan kuatir, kepala desa ! Kurang tepat jawabanku, kiranya?

‘’ Ketakutan selalu menjadi bagian dari mereka yang tidak mau menegakkan keadilan. Kejahatan selalu jadi bagian dari mereka yang mengingkari kebenaran maka melanggar keadilan. Dua-duanya busuk dua-duanya sumber keonaran di bumi ini….”

Nilai moral yang termuat yaitu mengenai ketakutan untuk membela kebenaran sehingga hal tersebut akan sama saja dengan melanggar kejahatan, sebab sama-sama melanggar keadilan.

Nilai Sosial

Nilai nilai dalam novel selanjutnya adalah nilai sosial yaitu nilai yang termuat dalam teks dan berkaitan dengan kata pergaulan antar individu dalam kehidupan masyarakat. berikut contoh kutipan nilai sosial dalam novel sejarah.

“Sebagian terbesar pengantar sumbangan pria, wanita, tua, dan muda menolak disuruh pulang. Mereka bermaksud mengantarkan sumbangan juga, maka jadilah dapur raksasa malam itu juga…”

Nilai sosial yang terkandung dalam kutipan tersebut adalah kesediaan masyarakat untuk menyumbangkan tenaganya dan membantu apa saja yang sekiranya diperlukan dalam kegiatan masyarakat tersebut.

Nilai Edukasi

Nilai edukasi adalah nilai yang berkaitan dengan ajaran yakni keterkaitan dengan pengajaran atau pengubahan tingkah laku dari buruk ke baik. dan berikut beberapa contoh dari nilai nilai dalam novel nilai edukasi, diantaranya adalah:

“Agaknya selama turun temurun keluarga laki-laki cemara angin itu tak mampu terangkat dari endemik kemiskinan komunitas Melayu yang menjadi nelayan. Tahun ini beliau menginginkan perubahan dan ia memutuskan anak lelaki tertuanya Lintang tak akan menjadi seperti dirinya.” (kutipan novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata)