Kamis, 11 Februari 2021


 Hidup di Depan Kita Masih Misteri
Tak ada seorang pun yang mengetahui kehidupan di depan mereka. Semua itu masih terselubung dan rahasia. Seorang yang berdagang tak mengetahui akankah dagangan hari itu laris, untung, atau bahkan merugi. Seorang nelayan yang mencari ikan, tak kan pernah tahu akankah hari itu ia akan menemukan ikan tersangkut pada jaring yang ia tebarkan, semua masih misteri. Ketidaktahuan akan masa depan inilah yang dalam pandangan manusia optimistis menjadi sebuah tantangan. Namun bagi manusia pesimistis, ketidaktahuan itu akan menjadi sebuah ketakutan yang mengerikan. Menjalani hidup memang tidaklah mudah. Apalagi bagi kaum yang akses kiri dan kanannya lemah. Mereka mesti banting tulang, peras keringat. Itu saja masih terasa kurang sehingga kekhawatiran apakah anak istrinya dapat makan menjadi persoalan yang mendasar. Beruntunglah bagi orang-orang yang berkecukupan. Orang-orang yang bila menginginkan sesuatu, mereka dapat memenuhinya. Di sinilah fungsi sebuah tepa selira diejawantahkan. Bagi yang mampu, sudah sepatutnya menjaga perasaan saudara-saudara mereka yang kurang atau bahkan tidak mampu. Masih banyak di sekitar kita yang bagi mereka memenuhi kebutuhan dasar bagi anak dan istri masih terasa sulit. 
Di zaman modern yang serba cepat dan terbuka, rasa tepa selira ini semakin terlihat menipis. Zaman yang melipat ruang dan waktu sehingga semakin menyempit ini begitu vulgar dan banal mempertontonkan segala macam aktivitas manusia. Sifat narsis manusia seakan menemukan pasangannya kala media sosial merasuki kehidupan manusia zaman modern. Kehidupan semakin terbuka untuk orang lain mengetahui aktivitas manusia lainnya. Sifat narsis yang dalam frasa ekstrimnya disebut suka pamer menjadikan kualitas kehidupan semakin kacau dan menggalaukan. Dulu, saat media informasi ataupun media sosial tidak segencar saat ini, kehidupan terasa begitu lengang, begitu tenang. Kini, dengan semakin bertambahnya pengguna media sosial, kualitas keheningan hidup sedikit demi sedkit mulai terkikis dan digantikan riuh rendah ucapan maupun perilaku yang seringkali membuat kehidupan terasa tak nyaman. Akan tetapi, sebagai manusia yang terus berkembang, segala peristiwa kehidupan memang mesti disikapi secara bijak dan arif. Tantangan hidup ke depan memang tak akan bertambah mudah. Resistensi akan semakin ketat dan menghebat. Di sanalah dibutuhkan jiwa-jiwa yang kuat dan pantang menyerah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar