Minggu, 17 Desember 2017

Keraton Ratu Boko: Kebanggaan yang Terlupakan?

Minggu, panas matahari lumayan terik kala aku bersama istriku menyusuri jalan Jogja-Solo. Jam menunjukkan pukul 10.00 WIB. Awalnya pintu masuk menuju Keraton Ratu Boko seolah tak meyakinkan. Namun rasa penasaran membuat kami tetap memarkir kuda besi di area parkir yang ditunggui oleh seorang petugas berbaju sorjan lurik berblangkon. Setelah membayar parkir dan tiket masuk seharga Rp 40.000,00 per orang, kami melanjutkan menaiki tangga menuju pintu masuk keraton.
Jumlah tangga cukup membuat kami sedikit "ngos-ngosan" hehe. Kami memang sengaja memarkir kuda besi di bawah agar bisa menikmati setiap jengkal pesona area keraton. Sampai di atas kami disambut rindangnya sebuah pohon yang di sekitarnya diberi tempat duduk untuk sekadar melepas lelah. Pukul 10.45 WIB, kami memutuskan untuk memasuki pintu menuju Keraton Ratu Boko berbekal karcis yang sudah kami peroleh. Menuju keraton di sisi kanan jalan kami sempatkan untuk mengambil gambar--berfoto dulu--hehe. Deretan tempat duduk tertata cukup rapi di sisi kanan jalan menuju keraton. Sedangkan sisi kiri kita dapat melihat daratan, Gunung Merapi dan Kota Jogja maupun Klaten. 


Saatnya melanjutkan perjalanan menuju keraton. Beberapa saat kemudian sampailah kami di pelataran jalan keraton. Beberapa gazebo kami temukan di sisi kanan jalan dan di taman kompleks keraton. Saat memasuki pelataran jalan yang telah dekat dengan keraton ada sebuah papan kecil berwarna putih dengan tulisan hitam yang berbunyi "Dilarang menginjak batu  lama". Cukup arif , sebab batu-batu itu adalah sebuah prasasti, peninggalan dari bukti sejarah yang cukup berharga. 

Setelah menapaki pelataran jalan, kami disambut oleh dua gerbang yang cukup kokoh menantang arus zaman. Gapura Keraton Ratu Boko terdiri dari dua buah bangunan berbentuk paduraksa dengan puncak bangunan berbentuk ratna sebagai pintu masuk utama.



 Setelah memasuki kedua gerbang keraton kami melanjutkan perjalanan menuju candi pembakaran dan sumur suci. Bangunan yang terbuat dari batu andesit dengan panjang bangunan 22,60 m; lebar 22,33 m; dan tinggi 3, 82 m ini dahulunya digunakan untuk upacara tawur agung , sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Di tengah bangunan ini terdapat sebuah sumur berukuran 2,30 m x 1,80 m dengan kedalaman 5 m dari permukaan tanah.




 Setelah puas menikmati Candi Pembakaran dan Sumur Suci, perjalanan kami lanjutkan menuju Paseban. Paseban, konon dahulu digunakan untuk ruang tunggu tamu yang akan menemui raja. Paseban terdiri dari 2 batur: Paseban Timur dengan panjang 24,6 m; lebar 13,3 m; dan tinggi 1,16 m, sedangkan Paseban Barat dengan panjang 24, 42 m; lebar 13,34 m; dan tinggi 0,83 m. Kondisinya memang sedikit tak beraturan. Bebatuannya tampak sudah tak lengkap.

Dari Paseban perjalanan kami lanjutkan menuju Gua. Gua di Keraton Boko terdiri dari 2 buah: Gua Lanang (laki-laki) ditandai dengan simbol lingga di pintu gua dan Gua Wadon (perempuan) ditandai dengan simbol yoni. Gua Lanang berada di atas dan di depannya terdapat seperti sumur yang sepertinya cukup dalam. sedangkan Gua Wadon berada sedikit turun dengan di pelataran batu yang cukup luas di sampingnya.




Puas menikmati aroma gua, kami melanjutkan langkah menuju Kolam. Di kompleks Keraton Boko, Kolam terdiri dari 2 bagian: KolamUtara dan Kolam Selatan. Kolam Utara terdiri dari 7 buah kolam(5 buah kolah berukuran besar dan dalam, 2 buah kolam kecil dan dangkal) berbentuk persegi panjang. Sedangkan Kolam Selatan terdiri dari 28 buah kolam (14 kolam berbentuk bundar, besar; 13 buah berukuran kecil berbentuk bundar; dan 1 buah berukuran kecil berbentuk segi empat). Kedua kolam dipisahkan oleh tembok yang ditengahnya terdapat gapura kecil. Kondisi beberapa kolam memang sudah tidak berbentuk seperti dalam keterangan di papan keterangan. Memang masih terlihat jelas kolam-kolamnya--terutama yang besar--. Saat kami melihat lebih dekat air yang terdapat dalam kolam pun sudah terlihat keruh dengan ikan-ikan gembira berenang di dalamnya.





Sedikit menurun dari area kolam kita akan menemukan kompleks Keputren. Keputren terdiri dari 2 buah batur yang terbuat dari batuan andesit. BaturS elatan mempunyai panjang 21,43 m; lebar 22,70 m; dan tinggi 1,75 m, sedangkan Batur Utara mempunyai panjang 16,40 m; lebar 14,90 m; dan tinggi 1,62 m. Melihat namanya sebagai kompleks keputren, kemungkinan bangunan ini dulu digunakan untuk tinggal para putri raja --cuma prediksi hehe--. Pemandangan yang sedikit mengganggu di area Keputren adalah adanya genangan air yang cukup luas. Entah itu ada sejak dahulu sebagai bagian dari Keputren ataukah ada setelah penemuan situs (tidak ada keterangan).



Setelah asyik berpanas-panasan di area keputren kami melanjutkan perjalanan kembali menapak naik menuju Pendopo. Pendopo ini dikelilingi pagar dari batu andesit sedangkan tubuhnya terbuat dari batu putih. Di dalam Pendopo terdapat 2 buah batur: Batur Utara yang mempunyai ukuran panjang 20,57 m; lebar 20,49m, dan tinggi 1,43 m. Sedangkan Batur Selatan berukuran panjang 20,50 m; lebar 7,04 m; dan tinggi 1,51 m. Kedua batur dihubungkan oleh selasar yang terbuat dari batu andesit. 

Inilah akhir perjalanan kami di kompleks Keraton Ratu Boko yang konon ada sangkut pautnya dengan Ratu Balqis dalam khasanah kenabian. Menikmati sejarah laksana kita sedang merenung dan "metani" kedirian. Kita seolah dibawa untuk lebih menghargai bangsa besar ini. Bahwa bangsa ini mempunyai sejarah yang cukup tua dan panjang. Tentu saja setelah menemukan kesejatian bangsa diharapkan kita akan lebih mampu mencintai bangsa yang dulu punya sebutan Nusantara ini.

Mari kita mengingat bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tak lupa akan sejarahnya. Bangsa yang masyarakatnya tidak seperti "kacang lupa kulitnya". Bangsa yang orang-orang hidup di dalamnya selalu mencintai keberagaman sebagai sebuah anugerah. Bukan bangsa yang hanya mementingkan ego pribadi dan golongan. Bangsa yang saudara saklawase! Oya, jangan suka jahil mencorat-coret situs sejarah ya. Jaga kelestarian budaya dan sejarah bangsa. Salam budaya!











Tidak ada komentar:

Posting Komentar